KETIKA dia terbaring
dengan punggung hancur
karena hujan peluru,
pada malam itu, mereka
membantai Santino.
“Lihat, bagaimana
mereka membunuh anakku,”
katanya kepada Bonasera.
Si perias jenazah itu
mengangguk dan
menangis, teringat
rasa sakitnya sendiri,
membayangkan
wajah anak gadisnya
yang rusak, yang
di awal cerita
membawanya
menghadap dan
mencium tangan
Godfather kita.
“Jangan sampai ibunya
melihatnya dengan
wajah hancur begitu…”
Santino. Santino.
Santino liar dan lapar.
Api yang tak berkendali.
Api yang membakar
dirinya sendiri.
Santino kendala kendara.
Melingkarkan kawat api
ke leher Godfather kita.
“Jangan buat pengusutan,
atur pertemuan, aku
mau tawarkan
perdamaian…”
Godfather kita
sudah tahu
orang-orang harus
mencium tangan siapa,
setelah ia menarik
dirinya.
“Aku ingin tak ada
yang mengganggunya,
aku ingin Michael
pulang ke sini, keluar dari
persembunyiannya.”
(2022)