SEKALI rindu mengada
membungkam bahasa
dari mempernyatakannya
karena hanya kau
yang tahu seharusnya
Sekali rindu bermain
bayangan, meliputi wajahmu,
paras seri, cerita kumbang,
cahaya rembulan sampai
kau jauh yang tak tercapai
Sekali rindu melukis
apa yang bisa teringat
dari nyata wujudmu
risau putih mendusta
warna yang kacau
Sekali rindu menghitung
untung perniagaan perasaan
aku pedagang naif yang
tak pandai menawar, yang
kau jual mahal terlampau
Sekali rindu berlagu
muara segala amsal umpama
asmara dan lain sebagainya
sehingga akhirnya bersunyi
bersama semesta suara