: Didi Kempot (1966-2020)
AKU mendengar kamu
dengan telinga ibuku
telinga yang kehilangan masa lalu
tertinggal (dan tak kutemukan lagi)
di hutan bekas desa transmigran
di terminal dan stasiun
di bandara, trotoar,
dan pelabuhan
Aku tak pernah menemui
tapi kutemukan kamu
dalam perjalanan dari kota ke kota
bersilih antara berangkat dan tiba
Di sebuah loket tiket
seorang pengamen jalanan
menyanyikan serangkai lagu
dari hancur hatinya sendiri
kata dalam lirik yang diam-diam kuingat
(tanpa pernah kucatat)
tentang kehilangan
cinta yang datang dan pergi begitu saja
dan kibas rambut yang panjang itu
bukan aba-aba, bukan apa-apa
selain memang ada yang hendak dibegitusajakan
seperti baju yang basah terbiarkan
atau baju pengantin yang tak pernah dipakai
seperti sobekan tiket
yang kubuang di gerbang kota
Ada perjalanan yang pasti
ada pencarian yang harus berhenti
ada pertemuan yang tak terjadi
ada yang serentak terdiam pada nada akhir
dalam sebuah dendang keroncong dan campur sari
(lalu kau membungkuk dan menurunkan kaca mata hitam)
berlalu ke belakang panggung besar
merangkum seribu kota jadi satu pintu
seribu kata jadi Sesuatu.