Semulia-mulia tempat di dunia ini
ialah di atas pelana kuda tunggangan.
Dan sebaik-baik karib
di zaman ini ialah buku.
– Abu Tayyib Mutanabbi*
KUDAKU adalah buku,
membawaku jauh
berkelana tanpa pelana,
menyesatkanku
ke padang-padang
dan wadi kabilah asing
yang menerimaku
sebagai anak mereka
Kudaku adalah buku,
yang menemaniku berburu,
menyeberangi sungai deras,
menumpang kapal dagang,
menunggu malam dan aku
menyalakan unggun api, lalu
berdiang di sisi tenda.
Kudaku adalah buku,
membawaku pulang
ke rumah sederhana,
di dalam jiwa, dan
seseorang menunggu di situ
dengan sabar merawat segalanya
selama aku tak ada.
* Diterjemahkan oleh Mustamdi
Wadi itu sumur ya?
SukaSuka
Iya. Ingat istilah kai bahari.
Tapi arti sebenarnya lembah subur di Arabia. Tentu ada sumber air atau sumur di situ.
SukaSuka
Sapardian juga ya pola ucap dari sajak ini, Bang?
SukaSuka
Cara penggunaan “diang” ini menarik ya.
Berdiang di sisi tenda.
Sambil diang masak nasi.
Soa untuk mendiang orang tua.
Bagai pucuk pisang didiang.
SukaDisukai oleh 1 orang