Di kafe
di sebuah mal di Senayan
datanglah seorang anggota parlemen
Ia menyeringai seperti lambang partai
menampakkan gigi dengan
sekawanan lalat berbaris hinggap
(upaya yang gagal untuk mengatakan
dia akan membereskan semua urusan)
Aku batal memesan kopi
pergi menghampiri mejanya
dan aku berkata:
Tuan yang terhormat,
dengarkan, ruang mahal tempat
sidang paripurna di seberang itu
bukan panggung stand up comedy,
kalian bukan komika,
jangan berpura-pura hendak
bikin kami bahagia
Di dada kami tertancap paku
terbawa dari tempat pemungutan suara,
sakit sekali rasanya bila
harus tertawa melihat
kelucuan kalian yang terbuat
dari kebodohan kami sendiri.