: Demi Pailul dan Panji Koming
PEMILIHAN umum
di negeri ini adalah
pasar loak demokrasi
Di pasar loak
kemenangan tak ada harganya
apalagi bila kau datang
sebagai warga pendatang
yang tak ada dalam daftar pemilih tetap
Ini negeri brengsek yang pura-pura mendengar suaramu
Kau tak akan bisa
melepaskan dirimu
dari benda rongsok
yang hendak kau lego
dan ingatan menyebalkan
yang dilekatkan padamu.
Akui saja,
kau memang pemulung harapan
yang bego
Kau – juga aku – murid yang
makin bodoh dan malas
negeri ini
sekolah dengan
guru-guru yang sibuk
mengumpulkan pungutan
untuk modal buka lapak
di pasar loak
memberi teladan bagaimana
berjualan dengan culas
dan berkelahi
saling menawakkan kursi
ke arah mulut dan kepala kita
Murah sekali bandrol otak
tak terjangkau harga pikiran
di jalan becek dan pesing
ke daerah pasar loak ini
Sepulang dari belanja yang terpaksa
di pasar loak
kau menyesali apa yang kau beli
ternyata hanya barang bekas
yang nyaris tak berguna
hanya sepeda yang tak
membawamu ke mana-mana
tak bisa kau genjot di jalan tol
tak bisa terbang
di landasan pacu bandara yang sepi
tak bisa juga kau tukar dengan ikan
sisa tangkapan kemarin sore
yang tak penting benar
kau tahu atau tak tahu nama-namanya
Lupakanlah,
tapi, hwarakadah,
demi Pailul dan Panji Koming,
demi Kirik dan Bujel
Apa yang dia selipkan
di keranjang belanjamu itu?
Boneka panglima berkuda?
Mainan berbekas darah
dari orde yang baru lalu?
Menawak
SukaSuka
Menawak
Mehimpat
🙂
SukaSuka
Maningkalung ( mengarah pada batis, menghentikan langkah)
SukaSuka