Manisnya Airmata Kami*
Sajak Simin Behbahani (1927-2014)
Air mata kami manis, tawa kami berbisa.
Kami bahagia saat berduka, kami berduka saat bersuka.
Sebelah tangan kami basuh darah, sebelah habis kucur darah.
Kami menangis menertawakan kesia-siaan dua aksi itu.
Delapan tahun berlalu, kami belum tahu apa artinya.
Kami sudah seperti anak-anak, lepas segala perhitungan.
Kami patahkan semua tangkai, bagai angin kencang di taman.
Kami telah pilih bersihkan kandil angur itu.
Dan bila ada pohon, yang masih tegak, menantang lagak,
kami potong dahannya, kami renggut hingga akarnya.
Kami inginkan perang, yang menderitakan kami,
kini, sisa sesal, kami inginkan perdamaian.
Kami lepaskan sayap dan kepala dari tubuh,
kini, kami ingin kembali, kami sibuk memasangnya lagi.
Apakah kami akan kembali bernyawa, mengepak terbang,
kepala yang kami pasang, sayap yang kami jahitkan?
(Dari A Cup Of Sin: Selected Poems oleh Simin Behbahani, diterjemahkan ke Bahasa Inggris oleh Farzaneh Milani dan Kaveh Safa, University of Syracuse Press, 1999)
* Diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Hasan Aspahani.