MEMASUKI ruang tunggu bandara
seperti melangkah ke gelanggang tinju
ronde yang tak akan kumenangkan
dia, lawanku itu, adalah mitra latih
yang tahu benar bagaimana harus
mengalahkanku, dengan mutlak
aku memang sudah terlalu lelah
untuk perjalanan meninggalkan diri
sendiri, tapi bagaimana harus
mengelak dari pertarungan kekal ini?
apalagi, aku tahu, di kursi penonton
ada engkau, menyaksikan setiap
pukulan, dan sakit hati yang kuderita
kau memasang taruhan besar untuk
kemenanganku atas sepi yang semakin
perkasa ini, seperti janjimu sebelum
melepas aku menjadi petarung dungu