: dhiana
AKU cabang, kau dedaunan,
sepasang burung hinggap di ranting
itu, tak tahu bahwa teduhnya
adalah Cinta kita
*
Aku lelah angin, kau tabah laut,
pantai yang selalu menunggu itu
tak tahu ombak yang sampai padanya
adalah Cinta kita
*
Aku matahari pagi, kau manis
gerimis, pelangi yang melengkung
itu tak tahu, bahwa warnanya
adalah Cinta kita
*
Aku mata air, kau liku sungai,
air yang mengalir itu tak tahu
bahwa deras arusnya
adalah Cinta kita
*
Aku batang lilin, kau sumbu
api yang menyala padamu itu
tak tahu bahwa terangnya
adalah Cinta kita
*
Aku kukuh akar, kau julang batang,
ranting di cabang itu tak tahu
bahwa bunga yang mekar padanya
adalah Cinta kita
Catatan:
Sajak ini saya tulis 20 Mei 2010. Mula-mula saya siarkan di blog sejuta1puisi.blogspot.com. Mei itu bulan penting bagi saya dan Dhiana. Soal ini mungkin nanti akan saya ceritakan. Mungkin dalam novel. Sajak ini kemudian terbit dalam DUKA MANIS (Diva Press, 2018). Ada satu bait yang tak saya sertakan dalam versi buku, rasanya terlalu personal. Tapi versi awal itu – dengan bait akhir yang kena ‘sensor’ itu bisa dilihat di blog.