DULU kita bergantian membuka halaman-halaman kertas yang lebar dan fana itu, di ruang tamu asrama mahasiswa, mencermati iklan lowongan kerja. Itu penting untuk kita lakukan, sebagai sarjana baru menempuh ujian akhir, tak bisa wisuda.
Dulu kita diam-diam membaca di kamar, halaman-halaman tersisa, koran lewat kemarin, mencari iklan perjodohan, mencocokkan umur dan sifat. Itu tak penting, tapi setidaknya dengan cara itu kita bisa mengukur apakah masuk kriteria.
Dulu kita sambil lalu membaca iklan duka cita, nama-nama keluarga yang mengumumkan kesedihan, dan membayangkan dia yang ditulis dengan ukuran huruf besar itu menyiapkan sendiri obituari, lalu seseorang mengirim ke bagian iklan.
Dulu kita membaca kolom yang cerdas dan jenaka, Mahbub, Sobari, Ariel, atau Arswendo. Dulu kita membaca komik dan karikatur. Dulu kita membaca puisi dan cerita. Dulu kita membaca opini dan tajuk rencana. Sekarang, apakah koran itu masih kau baca?