KENANGAN menegur dia dari meja lain, di kafe itu,
malam lain, remang lampu, sebentar lagi ia matikan
Perempuan di hadapannya, meringkas cerita 30 tahun,
dan pertanyaan penghabisan: apakah akan kau tahan
atau kau biarkan aku meninggalkanmu, seperti dulu?
“Aku pulang, mungkin hanya singgah, dan menulis buku,”
kata perempuan itu, sambil menyeka gula dengan tisu,
yang ditaburkan oleh lelaki itu, 30 tahun lalu.
“Apakah akan kau tahan atau kepergianku kau biarkan?”
“Kenangan itu milik kita, dan kafe ini kini milikku,”
kata lelaki itu sambil memandang ke meja lain, pada
kursi yang kosong, dan roti puding sepisin yang
tak sempat dinikmati oleh si perempuan.
Ketika lampu dimatikan, maka lelaki dan perempuan itu
telah menyepakati berapa harga pengganti kenangan,
tiket antarkota, dan kebahagiaan yang akan mungkin.