DULU, sebelum dunia, kopi mungkin tak ada. Sebelum seseorang menyelamatkannya dari yang belum habis terbakar dalam api neraka. Yang terusir dan terpisah dari sana membawanya segenggam. Lalu menanamnya, di tanah yang beraroma seperti tubuhnya, berharap itu kelak menjadi tanda di mana mereka bisa berjumpa.
Nanti, setelah dunia, aku berharap kopi ada di sana. Aku hanya ingin menjadi semacam barista tanpa nama, seperti kutemukan dalam puisi seorang penyair. Menyajikan minuman yang tak pernah menyesatkan, minuman yang dikirim dari neraka untuk para penghuni surga, kafe yang tak melalaikanmu dari apa yang tak boleh kau lupa.