Esai Hasan Aspahani
KETIKA Universitas Indonesia menganugerahi gelar doctor honoris causa, pada 14 Juni 1975, H.B. Jassin menerima dengan kuatir. Gelar kehormatan dari perguruan tinggi – lembaga dengan otoritas ilmiah itu – jelas bernilai dan bermuatan akademis. Justru itulah yang dikuatirkan olah Jassin, kekuatiran yang bercabang ke dua arah.
Pertama, Jassin merasa apa yang telah dia lakukan di lapangan kritik sastra di Indonesia, yang menjadi pengarena gelar yang ia terima, dia anggap masih sedikit sekali dan masih jauh dari apa yang disebut ilmiah. Jassin tentu saja merendah dalam hal ini. Sementara itu, seakan-akan berlawanan dengan kekuatiran pertama, alasan untuk kuatir yang lain bagi Jassin adalah ia justru cemas jika yang ia lakukan menjadi ilmiah. Dalam arti, kata Jassin, hanya bekerja dengan otak.
Selengkapnya baca Hari Puisi -> Menyelidik Karya Sastra seperti H.B. Jassin