Ini puisi? Ya. Saya bisa menikmatinya sebagai puisi. Bisa ditakar dengan kaidah puisi. Saya suka. Penulisnya sudah dan punya potensi besar untuk bekermbang menjadi penulis puisi yang baik. Saya memuji bukan karena dia menjadi moderator saat diskusi sesi saya di Kemah Sastra IV di Medini, Ngesrepbalong, Limbangan, Kendal, Jateng, 4-6 Mei lalu. 🙂
Rumah tua. Tempat menyuci segala patah arang. Tempat ternak memamah diri sendiri. Babi hutan, anjing buduk dan monyet tolol mati menggelepar di tengah rindu.
Deru ombakmu. Ombak-ombakmu. Di tubir dadamu sendiri. Kau sendiri terpingkal dan terperanjat ingin menuntaskan drama dan sinema. Ada matamu. Memantulkan anjing mati dan rasa misuhku.
Kanji lengket. Perekat ketabahan. Ketaatan rindu dan proses memakamkan paling panjang rasa sesal. Tolol di pelihara sebagai babi hutan, anjing buduk dan monyet tolol dalam rumah tua.
Ini rumah tua. Tempat pisuh menjadi asah. Lewat sekilas menjadi asuh. Dan kau memaafkan asu dalam dirimu juga asu dalam diriku.
Amin
terimaksih pak😁
SukaSuka