Conrad Aiken
Elu-eluan bagi Leluri (Prelude to Attude)
IV
Atau katakan di tengah kita tengah melagu lagu
seketika menyeruak dari sunyi, dan riang ria itu
Membawa semua kekacauan ke hati yang takjub;
Benih api, jatuh di dunia yang mudah menumbuhkannya;
Dan seketika kegelapan yang berputar itu mengisi
Dengan kebakaran besar; sambaran igauan;
Yang meretih dan yang bergolak; batu yang mencair, semburan
Asap api yang dilumpuhkan, dipuntir, diasapi dengan asap;
Keindahan; segenap gelap dipepaki cahaya;
Dan kemudian senyap, tatkala dunia jatuh kembali
Disantap, dimakan, mahkota raksasanya layu;
Dan dalam cahaya yang memudar, putik bersinar,
Bersinar, memudar; ketika itu, babak yang menyusut itu –
Bisikkan, dengarkan di antara abu yang berbisik
Keanggunan yang temaram itu datang, gelap tawa bulan,
Menyalakan reruntuhan dengan kegilaan yang mencerlang;
Secepatnya meluncur, dan merunduk, dengan langkah ringan
Menyentuh wajah mati gurun itu, datang
Lebih dekat, menekuk wajahnya, mata dewanya
Cerah dengan kecerahan yang tak tertakrifkan;
Mencari, dan tak menemu; tersenyum untuk entah apa,
Memberkati kekosongan; wajah malaikatnya
Mengasa pada mulanya, lalu putus asa, dan akhirnya
Tangisan; begitu berdiri, runtuh air matanya perlahan;
Dan keheningan panjang dimulai, sunyi yang kemarin,
kini dan kelak; mengala melingkari; bangkit dalam dingin;
Dan semuanya tinggal diam; dunianya, harapannya, dan dia.
Teks asli baca di sini.