KAMI membeli makanan kucing untuk seekor kucing yang suka datang ke rumah kami. Kucing jantan berbulu tebal itu selalu tampak sedih dan selalu mengeong dengan sangat perlahan. Nyaris tak terdengar. Kucing itu tak mau makan ikan seperti kucing yang dulu kami pelihara dan mati terlindas mobil tetangga yang buru-buru berangkat kerja ke kantor yang baginya seperti penjara. Dia harus datang tepat waktu dan di gedung kantor itu dia harus mengabsen dengan menempelkan jari pada mesin di dekat pintu, mulut yang menelan orang agar menciptakan makanan bagi perutnya yang tak pernah kenyang. Gedung itu adalah monster yang tak mau mati dan hanya hidup jika terus membiakkan dirinya dengan membelah diri dan memakan monster-monster lain. Monster itu membuat semua orang bekerja untuk dirinya.