
Seluruh yang Hanya akan Meluruh
KITA sudah coba bertahan
dalam gema dari suasana yang kacau
mempertahankan nafas
dan hati tunggang-langgang,
mimpi besar,
cinta mengunggun api,
kehendak lekas berlari,
keluar dari hempit-sempit ini
: keraguanmu dan kepicikanku
Jika masih kita bisa berpelukan jua,
ini yang terakhir kali
sebelum, tak ada lagi kita
: kau pulang
kemudian kehilangan dirimu,
dan aku pergi membawa
dari rebut sia-sia
seluruh
yang hanya
akan
meluruh (baca: hilang)
Catatan: Kepada Titimangsa Foundation, saya meminjam foto-foto dari latihan sebelum pementasan “Perempuan-Perempuan Chairil”. Saya tahu, latihan-latihan itu keras sekali. Melelahkan. Tapi banyak hal puitis terjadi selama sesi itu. Saya ingin mencatat momen puitis itu ke dalam puisi.