PADA kelam hari, malam sanubari
berjatuhan perlahan, jatuh namamu
mengaliri sunyi, lalu menghujan,
lalu pecah, lalu menyungai air itu
Ada yang ingin melukakan lukanya
pada kekekalan, pada keteguhan
seperti jalan pintas ke kehilangan
suara-suara yang tiba-tiba terdengar
Tiba-tiba, tiba-tiba terdengar lagi
dan menyerbu-menyergap ke hati
dengan duka mendesak duka meninggi
Seperti mimpi membeku musim beku
Bumi ini: roda besar, roda raksasa
Lengannya yang basah yang terlupakan
Dia berputar, memotong-motong waktu,
menjadi penggalan tak terjangkau tangan.
Cangkirmu yang keras, menutupi jiwamu
dari tumpahan pada tanah yang dingin
Dengan percik biru yang murung
Terbang dalam bising suara hujan.