BUKAN karena ada nama saya di bawah judulnya, maka saya menyukai sajak ini. Arco mulai bisa tampak jinak padahal tetap liar. Tapi, apapun itu, terima kasih, Penyair… HA
Di dalam gelimang kelam, di tubuhmu, kau mengajakku merusuk trap kerakal punguti serak-serak tanda tanya kepada naskah-NYA yang samar hurufnya.
Kadang bikin kau menebak-nebak, selicin apa jalan di tepian sungai ditumbuhi kulat-kulat hijau sesemarak angsa-angsa melewati kafe-kafe yang diabsah tanda tangan
di atas porselen. Di dalam tabur kelam, di tabir hening kita, kau mengajakku merusuk trap kerakal punguti jejak-jejak waktu yang berasal dari nyanyi cicak.
Kadang kau lawan rasa takut itu, seperti harga pangan di pasar tradisional bisa dirembuk walau sore remuk.
Di dalam lumus kelam, di tubuh itu, Dia adalah gigir yang lebih dulu bertanya padaku sebelum sampai ke ujung kakimu.
(2017)