Sebuah Cerita
Sajak Li-Young Lee
Kesedihan adalah ketika kau diminta bercerita
tapi tak ada satu pun cerita bisa kau ceritakan.
Anakmu, bocah-5-tahun itu, menunggu di pangkuanmu.
“Bukan cerita yang sama, Ayah. Aku mau yang baru.”
Di ruang penuh buku di dunia cerita-cerita
kau tak bisa mengingat satu pun cerita,
dan tiba-tiba, kau bayangkan, bocah-5-tahun-mu
itu kecewa dan menggerutu, “Ah, ayah, payah…”
Lalu kau terbawa khayalan ke masa depan, masa ketika
anak lelakimu harus meninggalkanmu. Jangan pergi dulu, katamu,
Aku ceritakan lagi dongeng buaya, cerita bidadari,
Kamu suka cerita laba-laba itu, kan? Anakmu tertawa,
Ya, aku akan bercita lagi, Nak. Cerita untukmu…
Tapi anakmu sedang berkemas, melipat rapi baju-baju,
dia bertanya mana kunci? “Kamu ini dewa, ya, Nak?
Kau memekik, “ini aku hanya bisa duduk terdiam di sampingmu,
atau aku yang dewa karena tak boleh merasakan kecewa?
Tapi anakmu bocah-5-tahun itu masih di sini,
“Ayah, adakah cerita baru untukku?”
Itu pertanyaan dari hati bukan dari pikirannya,
pertanyaan dari bumi bukan dari surga,
yang memperasing permintaan anakmu
dan cinta kasihmu, mempersunyi kesunyian.